Senin, 10 Maret 2014

ALIRAN KLASIK
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistik)
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
3. Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.
4. Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawan dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis, sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.

GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
1. Pembelajaran alam sekitar
Dalam pendidikan alam sekitar ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia nyata. Melali penjelajahan alam yang dlakukan, maka peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya.
2. Pengajaran pusat perhatian (Centres D’interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak. Dari pusat perhatian ini kemudian diambil pelajaran-pelajaran lain. Dalam pengajaran ini anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
3. Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan masyarakat dan justru memajukannya. Oleh karena itu sekolah wajib menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan. Pekerjaan tersebut hendaknya juga untuk kepentingan negara. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa depan.
4. Pengajaran proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick. Ia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dikerjakan bersama-sama dengan kawan-kawannya. Menurut Kilpatrick, dengan tetap duduk di bangku masing-masing, maka pembentukan watak para peserta didik tidak dapat terlaksana.

ALIRAN POKOK PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar Dewantara.
Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:
        - Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
- Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)
- Asas kerakyatan
- Asas kekuatan sendiri (berdikari)
- Asas berhamba kepada anak
    Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca Dharma, yaitu:
- Kemanusiaan=> Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua mahkluk ciptaan Tuhan.
- Kodrat hidup=>  Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat dan bahagia.
- Kebangsaan=>   Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
- Kebudayaan=> Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
- Kemerdekaan/kebebasan=>    Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
    Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:
    * Ing ngarsa sung tuladha=> Memberikan teladan kepada peserta didik ketika berada di depan.
    * Ing madya mangun karsa=> Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di tengah.
    * Tut wuri handayani=> Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindak ketika berada di belakang.

2. INS (Indonesiche Nederlansce School)
Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.

Sumber :
http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_5.htm?8bfaf268
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press

0 komentar:

Posting Komentar