FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophiayang berarti cinta
pengetahuan, Philos berarti cinta dan Sophiaberarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan ( Ali : 1990 ) Filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat
adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan
bijaksana. Imam Barnadib ( 1994 ) menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis, dikatakan menyeluruh karena filsafat bukan sekedar
hanya pengetahuan melainkan juga justru pandangan yang dapat menembus
sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dikatakan sistematis karena filsafat
menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum
yang ada.
Filsafatialah berfikir menurut tata tertib ( logika ), bebas ( tidak terikat pada
tradisi, dogma serta agama ) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke
dasar-dasar persoalan ( Nasution : 1973 ). Berfikir secara filsafat merupakan cara
berfikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu permasalahan
yang mendalam. Berfikir secara spekulatif termasuk juga dalam rangkaian berfikir
filsafat. Berfikir spekulatif adalah berfikir dengan cara merenung, memikirkan
segala sesuatu sedalam-dalamnya, tanpa keharusan adanya kontak langsung
dengan objek tersebut ( Noor Syam : 1986 ).
Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat
luas( komprehensif ). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya
kemampuan pikiran manusia, walaupun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat
hakiki namun masih ralatif dan subyektif. Kedua sifat tersebut tidak dapat
dihindari karena adanya sifat alamiah pada subyek yang melakukan aktivitas
filsafat tersebut, yaitu manusia. Faktor inilah yang melhirkan aliran-aliran filsafat
dan perbedaan-perbedaan dalam filsafat. Dengan demikian kebenaran filsafat
adalah kebenaran yang relatif, artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Penilaian
suatu kebenaran masih sangat tergantung oleh ruang dan waktu. Apa yang
dianggap benar oleh suatu masyarakat belum tentu akan dinilai sebagai suatu
kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain, meskipun dalam kurun waktu yang
sama ( Noor Syam : 1986 ).
Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang amat luas ( komprehensif ) yang berusaha untuk memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman
manusia, dengan demikian diharapkan manusia dapat mengerti dan memiliki
pandangan yang menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta. Filsafat
dibutuhkan manusia dalm upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam berbagai kehidupan manusia, jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang
sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar, sehingga dapat digunakan untuk
mengatasi masalah-maslah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
termasuk pendidikan.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Berbagai pengertian tentang filsafat pendidikan telah dikemukan oleh para ahli,
Al-Syaibany ( 1979 ) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan, artinya bahwa
filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian
merupakan faktor yang integral.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (
intelektual ) maupun daya perasaan ( emosional ) menuju ke arah tabiat manusia,
maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen
berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di
depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar
tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum, meskipun
kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan
sebagai teori pendidikan secara umum ( Arifin : 1993 ).
Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan, termasuk
problematika dibidang pendidikan. Oleh karena itu filsafat merupakan arah dan
pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan tujuan poendidikan, jadi
filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan
analisa filosofi dalam lapangan pendidikan. Keberadaan filsafat dalam ilmu
pendidikan bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum
dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat
mengajukan pertanyaan-pertanyaaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan
pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan. Dengan melihat
tugas dan fungsinya maka pendidikan harus dapat menyerap, mengolah dan
menganalisa serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat, sehinga
pendidikan diharapkan dapat menggali dan memahami melalui pemikiran filosofis
secara menyeluruh.
Dalam hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan, maka filsafat pendidikan
memilki batasan-batasan sebagai berikut : Pertama, filsafat pendidikan merupakan
pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman
kemanusiaan yang disebut pendidikan, maka filsafat pendidikan berusaha untuk
menjelaskan dan menerangkan supaya pengalaman manusia sesuai dengan
kehidupan baru. Filsafat pendidikan mengandung upaya untuk mencari konsepkonsep yang menempatkan manusia ditengah gejal-gejala yang bervariasi dalam
proses pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya
kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan
terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan.
Persoalan pendidikan yang berhubungan dengan bimbingan, penilaian, metode
dan lain-lain, merupakan tanggungjawab filsafat pendidikan. Ketiga, filsafat
pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep.(Arifin :1993 ).
SISTEM PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga masyarakat. Pendidikan dipandang
mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam
perkembangan anak. Dalam sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai
pandangan atau teori mengenai perkembangan manusia dan hasil pendidikan,
seperti :
1. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada
pengalaman yang diperoleh anak didik selama hidpnya. Pengalaman itu
diperolehnya di luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia baginya,
John Locke berpendapat bahwa anak yang dilahirkan di dunia ini bagaikan
kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin ( tabula rasa ) yang belum ada
tulisan diatasnya.
2. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa
bayi lahir dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk. Dalam
hubungannya dengan pendidikan, ia berpendapat bahwa hasil akhir
pendidikan dan perkembangan itu ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperolehnya sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan tidak
dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan berhubungan dengan
perkembangan anak didik. Dengan kata lain aliran nativisme merupakan
aliran Pesimisme dalam pendidikan, berhasil tidaknya perkembangan anak
tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua anak
yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang anakpun
lahir dengan pembawaan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik
hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya,
diserahkan saja selanjutnya kepada alam ( negativisme ). Pendidikan tidak
diperlukan, yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar
pembawaan yang baik tidak rusak oleh tangan manusia melalui proses
pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu
bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai
penolong yang diberikan kepada lingkugan anak didik untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawaan yang buruk.
Sedangkan pengertian sistem pendidikan adalah sistem yang dijadikan tolok
ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi
yang mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat
itu sendiri didalam lapangan pendidkan. Oleh karena itu lembaga pendidikan
perlu memberikan jawaban-jawaban yang tepat sehingga kecenderungan dan
sikap berfikir masyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Jadi
sistem pendidikan diperlukan untuk menjawab semua persoalan yang ada
khususnya dibidang pendidikan. Pada hakekatnya sistem pendidikan dilihat
dari segi idealitas sosio-kultural, pendidikan adalah merupakan alat
pembudayaan umat manusia yang paling ditentukan dan diperlukan di antara
keperluan hidupnya walaupun pendidikan timbul dan berkembang dari
sumber kultural umat itu sendiri. Sistem pendidikan sebagai suatu alat
merupakan aplikasi dari kebudayaan yang posisinya tidak netral melainkan
selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa pendidikan itu dilaksanakan.
Pendidikan tidak cukup kalau hanya memiliki badan yang sehat dan kuat,
memiliki kemampuan untuk bekerja secara efektif, efisien, pragmatis dan
rasional tetapi harus mengembangkan pada segi logika, etika, estetika dan
segi keagamaan, sehingga kita hidup dijiwai oleh nilai-nilai yang bersumber
pada falsafah bangsa.
Dalam sistem pendidikan kita harus memiliki jiwa yang bermental dewasa,
yaitu untuk mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup pribadi juga
kemampuan untuk menghadapi kenyataan hidup secara otonomi dan sukarela,
kritis-objektif-kreatif, rendah hati dan terbuka serta dapat menerima
kenyataan secara iklas dan penuh rasa tanggung jawab.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SISTEM PENDIDIKAN
Sebelum membahas hubungan filsafat dengan sistem pendidikan, kita jelaskan
mengenai filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari dan memberikan
identitas suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh,
kepribadian sistem kependidikan nasional, karena sistem pendidikan nasional
dijiwai dan didasari identitas Pancasila. Filsafat menjadikan manusia
berkembang, mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh secara sistematis,
yang semacam ini telah dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemikiran ini dituangkan di dalam kurikulum,
sehingga sistem pengajarannya dapat terarah dan mempermudah para pendidik
dalam menyusun pengajaran. Berfilsafat adalah usaha berpandangan menyeluruh
dan sistematis yang diharapkan manusia dapat menguasainya. Filsafat dengan
upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari berbagai
lapangan kehidupan dan jawabannya merupakan hasil dari pemikiran yang
sistematis, menyeluruh dan mendasar dan ini juga digunakan dalam bidang
pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan menyusun gagasan dan teori-teori
sehingga akan memberikan peluang perubahan. Di dalam mengembangkan mutu
pendidikan ada bebarapa landasan yang harus diperhatikan : Pertama, Landasan
filsafat menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu
pendidikan, filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan tersebut haruslah
filsafat pendidikan. Kedua, Diperlukannya paradigama dalam penyusunan
metodologi pengembangan ilmu pendidikan, yaitu kerangka pikiran yang dapat
menentukan dalam menyusun metodologi pengembangan ilmu pendidikan,
Ketiga, Diperlukannya modal penelitian untuk digunakan dalam penelitian
pendidikan. Keempat, Melakukan organisasi yang berskala nasional yang
diharapkan merencanakan, memonitor dan merancang hasil-hasil penelitian untuk
disusun secara sistematis dalam ilmu pendidikan. Filsafat yang dijadikan basis
dalam pengembangan ilmu pendidikan dapat bersifat universal ( Tafsir : 1995 ).
Filsafat pendidikan seperti yang sampaikan oleh Imam Barnadib ( 1986 ) disusun
atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan
sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofi tokoh-tokjoh tertentu.
Pendekatan kedua, adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut pandang sistem
pendidikan yaitu usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta
problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Bertitik tolak dari
pendekatan pertama, dikenal tiga aliran filsafat dalam pendidikan yaitu
naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang
secara alami dapat berkembang dengan sendirinya, tanpa memerlukan bimbingan
daroi orang lain ( pendidikan ). Pandangan yang sebaliknya muncul dari aliran
empiris, bahwa manusia tumbuh dan berkembang atas bantuan atau adanya
intervensi dari lingkungannya. Manusia dianggap sebagai manusia pasif tanpa
potensi bawaan. Aliran ketiga memiliki pandangan gabungan ( konvergensi )
antara naturalisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa manusia secara
kodrati dianugrahi potensi, namun agar potensi tersebut dapat berkembang secara
optimal perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui
pendidikan.
Filsafat pendidikan seperti pendapat dari Muhammad al-Toumy al-Syaibany
adalah pemikiran filsafat yang diterapkan dalam bidang pendidikan . Filsafat
pendidikan menjadi dasar bertumpu atau landasan dasar bagi penyusunan sustu
sistem pendidikan ( al- Syaibany : 1987 ) Hubungan anatara filsafat dengan
sistem pendidikan adalah ; bahwa sistem pendidikan atau science of education
bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik dan polapola proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dan ini
merupakan probematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik
pendidikan sampai seni mendidik. Sedangkan filsafat sebagai suatu lapangan
studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan,
hakekat pendidikan dan sifat hakekat manusia. Filsafat pendidikan itu lahir dan
menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai pengatahuan yang
normatif, merumuskan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma /
nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup ditengahtengah masayarakat. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis
mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subyek didik yang
bersumber dari filsafat, kebudayaan dan agama yang berlaku dalam masyarakat
atau bangsa. Filsafat pendidikan merupakan tata pola pikir terhadap
permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai
hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain yang diperlukan oleh
pendidik, sehingga dapat dipahami bahwa betapa eratnya hubungan antara filsafat
pendidikan dengan sistem pendidikan.
HUBUNGAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA DENGAN
SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan padaPancasila dan Undang- Undang
dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional.
Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan sama dengan tujuan
didirikannya suatu negara ( Rapar ; 1988 ). Demikian juga dengan Indonesia.
Pendidikan selain sebagai sarana tranfer ilmu pengetahuan, sosial budaya juga
merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi
selanjutnya. Suatu bangsa menjadi kuat serta menguasai bangsa-bangsa lainnya
dengan sistem pendidikannya yang kuat demikian juga sebaliknya sistem
pendidikan yang lemah akan menjadikan sustua bangsa tidak berdaya ( Tadjab ;
1994 ). Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi suatu
bangsa yang dianutnya. Pancasila adalah dasar dan idiologi bangsa Indonesia
yang mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.
Filsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran, filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
pendidikan berdasarkan filsafat, apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan
sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila pandangan
hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya sistem
pendidikan nasional Indonesia wajarapabila dijiwai, didasari dan mencerminkan
identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh
suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu, inilah dasar pikiran
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasioanl dan sistem
filsafat pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pnacasila.
Dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi bangsa,
khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada
pada akhirnya menentukan eksistensi dan martabat bangsa, maka sistem
pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila seyogyanya terbina secar
optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian bangsa. Filsafat
pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem pendidikan
nasional, tiada sistem pendidikan nasioanal tanpa filsafat pendidikan.
Sumber :
Andriani Purwastuti, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Ms Bakry, Noor. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.
Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophiayang berarti cinta
pengetahuan, Philos berarti cinta dan Sophiaberarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan ( Ali : 1990 ) Filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau
kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat
adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan
bijaksana. Imam Barnadib ( 1994 ) menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang
menyeluruh dan sistematis, dikatakan menyeluruh karena filsafat bukan sekedar
hanya pengetahuan melainkan juga justru pandangan yang dapat menembus
sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dikatakan sistematis karena filsafat
menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum
yang ada.
Filsafatialah berfikir menurut tata tertib ( logika ), bebas ( tidak terikat pada
tradisi, dogma serta agama ) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke
dasar-dasar persoalan ( Nasution : 1973 ). Berfikir secara filsafat merupakan cara
berfikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu permasalahan
yang mendalam. Berfikir secara spekulatif termasuk juga dalam rangkaian berfikir
filsafat. Berfikir spekulatif adalah berfikir dengan cara merenung, memikirkan
segala sesuatu sedalam-dalamnya, tanpa keharusan adanya kontak langsung
dengan objek tersebut ( Noor Syam : 1986 ).
Filsafat adalah suatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat
luas( komprehensif ). Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya
kemampuan pikiran manusia, walaupun kesimpulan-kesimpulan filsafat bersifat
hakiki namun masih ralatif dan subyektif. Kedua sifat tersebut tidak dapat
dihindari karena adanya sifat alamiah pada subyek yang melakukan aktivitas
filsafat tersebut, yaitu manusia. Faktor inilah yang melhirkan aliran-aliran filsafat
dan perbedaan-perbedaan dalam filsafat. Dengan demikian kebenaran filsafat
adalah kebenaran yang relatif, artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Penilaian
suatu kebenaran masih sangat tergantung oleh ruang dan waktu. Apa yang
dianggap benar oleh suatu masyarakat belum tentu akan dinilai sebagai suatu
kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain, meskipun dalam kurun waktu yang
sama ( Noor Syam : 1986 ).
Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang amat luas ( komprehensif ) yang berusaha untuk memahami
persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman
manusia, dengan demikian diharapkan manusia dapat mengerti dan memiliki
pandangan yang menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta. Filsafat
dibutuhkan manusia dalm upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam berbagai kehidupan manusia, jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang
sistematis, integral, menyeluruh dan mendasar, sehingga dapat digunakan untuk
mengatasi masalah-maslah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
termasuk pendidikan.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Berbagai pengertian tentang filsafat pendidikan telah dikemukan oleh para ahli,
Al-Syaibany ( 1979 ) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan, artinya bahwa
filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai yang diupayakan untuk
mencapainya, maka filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian
merupakan faktor yang integral.
Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (
intelektual ) maupun daya perasaan ( emosional ) menuju ke arah tabiat manusia,
maka filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen
berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di
depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar
tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan dengan filsafat umum, meskipun
kaitan tersebut tidak penting, yang terjadi adalah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofi dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan
sebagai teori pendidikan secara umum ( Arifin : 1993 ).
Filsafat dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia
untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan, termasuk
problematika dibidang pendidikan. Oleh karena itu filsafat merupakan arah dan
pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan tujuan poendidikan, jadi
filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan
analisa filosofi dalam lapangan pendidikan. Keberadaan filsafat dalam ilmu
pendidikan bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum
dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat
mengajukan pertanyaan-pertanyaaan dan menyelidiki aspek-aspek realita dan
pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang pendidikan. Dengan melihat
tugas dan fungsinya maka pendidikan harus dapat menyerap, mengolah dan
menganalisa serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat, sehinga
pendidikan diharapkan dapat menggali dan memahami melalui pemikiran filosofis
secara menyeluruh.
Dalam hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan, maka filsafat pendidikan
memilki batasan-batasan sebagai berikut : Pertama, filsafat pendidikan merupakan
pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman
kemanusiaan yang disebut pendidikan, maka filsafat pendidikan berusaha untuk
menjelaskan dan menerangkan supaya pengalaman manusia sesuai dengan
kehidupan baru. Filsafat pendidikan mengandung upaya untuk mencari konsepkonsep yang menempatkan manusia ditengah gejal-gejala yang bervariasi dalam
proses pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya
kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan
terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan.
Persoalan pendidikan yang berhubungan dengan bimbingan, penilaian, metode
dan lain-lain, merupakan tanggungjawab filsafat pendidikan. Ketiga, filsafat
pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep.(Arifin :1993 ).
SISTEM PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga masyarakat. Pendidikan dipandang
mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam
perkembangan anak. Dalam sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai
pandangan atau teori mengenai perkembangan manusia dan hasil pendidikan,
seperti :
1. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada
pengalaman yang diperoleh anak didik selama hidpnya. Pengalaman itu
diperolehnya di luar dirinya berdasarkan perangsang yang tersedia baginya,
John Locke berpendapat bahwa anak yang dilahirkan di dunia ini bagaikan
kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin ( tabula rasa ) yang belum ada
tulisan diatasnya.
2. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa
bayi lahir dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk. Dalam
hubungannya dengan pendidikan, ia berpendapat bahwa hasil akhir
pendidikan dan perkembangan itu ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperolehnya sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan tidak
dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan berhubungan dengan
perkembangan anak didik. Dengan kata lain aliran nativisme merupakan
aliran Pesimisme dalam pendidikan, berhasil tidaknya perkembangan anak
tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua anak
yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang anakpun
lahir dengan pembawaan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik
hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya,
diserahkan saja selanjutnya kepada alam ( negativisme ). Pendidikan tidak
diperlukan, yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar
pembawaan yang baik tidak rusak oleh tangan manusia melalui proses
pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa anak
dilahirkan dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu
bergantung dari pembawaan dan lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai
penolong yang diberikan kepada lingkugan anak didik untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawaan yang buruk.
Sedangkan pengertian sistem pendidikan adalah sistem yang dijadikan tolok
ukur bagi tingkah laku manusia dalam masyarakat yang mengandung potensi
yang mengendalikan, mengatur dan mengarahkan perkembangan masyarakat
itu sendiri didalam lapangan pendidkan. Oleh karena itu lembaga pendidikan
perlu memberikan jawaban-jawaban yang tepat sehingga kecenderungan dan
sikap berfikir masyarakat tidak terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Jadi
sistem pendidikan diperlukan untuk menjawab semua persoalan yang ada
khususnya dibidang pendidikan. Pada hakekatnya sistem pendidikan dilihat
dari segi idealitas sosio-kultural, pendidikan adalah merupakan alat
pembudayaan umat manusia yang paling ditentukan dan diperlukan di antara
keperluan hidupnya walaupun pendidikan timbul dan berkembang dari
sumber kultural umat itu sendiri. Sistem pendidikan sebagai suatu alat
merupakan aplikasi dari kebudayaan yang posisinya tidak netral melainkan
selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa pendidikan itu dilaksanakan.
Pendidikan tidak cukup kalau hanya memiliki badan yang sehat dan kuat,
memiliki kemampuan untuk bekerja secara efektif, efisien, pragmatis dan
rasional tetapi harus mengembangkan pada segi logika, etika, estetika dan
segi keagamaan, sehingga kita hidup dijiwai oleh nilai-nilai yang bersumber
pada falsafah bangsa.
Dalam sistem pendidikan kita harus memiliki jiwa yang bermental dewasa,
yaitu untuk mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup pribadi juga
kemampuan untuk menghadapi kenyataan hidup secara otonomi dan sukarela,
kritis-objektif-kreatif, rendah hati dan terbuka serta dapat menerima
kenyataan secara iklas dan penuh rasa tanggung jawab.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SISTEM PENDIDIKAN
Sebelum membahas hubungan filsafat dengan sistem pendidikan, kita jelaskan
mengenai filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari dan memberikan
identitas suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh,
kepribadian sistem kependidikan nasional, karena sistem pendidikan nasional
dijiwai dan didasari identitas Pancasila. Filsafat menjadikan manusia
berkembang, mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh secara sistematis,
yang semacam ini telah dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemikiran ini dituangkan di dalam kurikulum,
sehingga sistem pengajarannya dapat terarah dan mempermudah para pendidik
dalam menyusun pengajaran. Berfilsafat adalah usaha berpandangan menyeluruh
dan sistematis yang diharapkan manusia dapat menguasainya. Filsafat dengan
upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari berbagai
lapangan kehidupan dan jawabannya merupakan hasil dari pemikiran yang
sistematis, menyeluruh dan mendasar dan ini juga digunakan dalam bidang
pendidikan. Pendidikan harus dimulai dengan menyusun gagasan dan teori-teori
sehingga akan memberikan peluang perubahan. Di dalam mengembangkan mutu
pendidikan ada bebarapa landasan yang harus diperhatikan : Pertama, Landasan
filsafat menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu
pendidikan, filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan tersebut haruslah
filsafat pendidikan. Kedua, Diperlukannya paradigama dalam penyusunan
metodologi pengembangan ilmu pendidikan, yaitu kerangka pikiran yang dapat
menentukan dalam menyusun metodologi pengembangan ilmu pendidikan,
Ketiga, Diperlukannya modal penelitian untuk digunakan dalam penelitian
pendidikan. Keempat, Melakukan organisasi yang berskala nasional yang
diharapkan merencanakan, memonitor dan merancang hasil-hasil penelitian untuk
disusun secara sistematis dalam ilmu pendidikan. Filsafat yang dijadikan basis
dalam pengembangan ilmu pendidikan dapat bersifat universal ( Tafsir : 1995 ).
Filsafat pendidikan seperti yang sampaikan oleh Imam Barnadib ( 1986 ) disusun
atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan
sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofi tokoh-tokjoh tertentu.
Pendekatan kedua, adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut pandang sistem
pendidikan yaitu usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta
problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Bertitik tolak dari
pendekatan pertama, dikenal tiga aliran filsafat dalam pendidikan yaitu
naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang
secara alami dapat berkembang dengan sendirinya, tanpa memerlukan bimbingan
daroi orang lain ( pendidikan ). Pandangan yang sebaliknya muncul dari aliran
empiris, bahwa manusia tumbuh dan berkembang atas bantuan atau adanya
intervensi dari lingkungannya. Manusia dianggap sebagai manusia pasif tanpa
potensi bawaan. Aliran ketiga memiliki pandangan gabungan ( konvergensi )
antara naturalisme dan empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa manusia secara
kodrati dianugrahi potensi, namun agar potensi tersebut dapat berkembang secara
optimal perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui
pendidikan.
Filsafat pendidikan seperti pendapat dari Muhammad al-Toumy al-Syaibany
adalah pemikiran filsafat yang diterapkan dalam bidang pendidikan . Filsafat
pendidikan menjadi dasar bertumpu atau landasan dasar bagi penyusunan sustu
sistem pendidikan ( al- Syaibany : 1987 ) Hubungan anatara filsafat dengan
sistem pendidikan adalah ; bahwa sistem pendidikan atau science of education
bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik dan polapola proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dan ini
merupakan probematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik
pendidikan sampai seni mendidik. Sedangkan filsafat sebagai suatu lapangan
studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan,
hakekat pendidikan dan sifat hakekat manusia. Filsafat pendidikan itu lahir dan
menjadi bagian dari rumpun konsep ilmu pendidikan sebagai pengatahuan yang
normatif, merumuskan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah norma /
nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup ditengahtengah masayarakat. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis
mempunyai tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subyek didik yang
bersumber dari filsafat, kebudayaan dan agama yang berlaku dalam masyarakat
atau bangsa. Filsafat pendidikan merupakan tata pola pikir terhadap
permasalahan di bidang pendidikan dan pengajaran yang senantiasa mempunyai
hubungan dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain yang diperlukan oleh
pendidik, sehingga dapat dipahami bahwa betapa eratnya hubungan antara filsafat
pendidikan dengan sistem pendidikan.
HUBUNGAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA DENGAN
SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan padaPancasila dan Undang- Undang
dasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional.
Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan sama dengan tujuan
didirikannya suatu negara ( Rapar ; 1988 ). Demikian juga dengan Indonesia.
Pendidikan selain sebagai sarana tranfer ilmu pengetahuan, sosial budaya juga
merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi
selanjutnya. Suatu bangsa menjadi kuat serta menguasai bangsa-bangsa lainnya
dengan sistem pendidikannya yang kuat demikian juga sebaliknya sistem
pendidikan yang lemah akan menjadikan sustua bangsa tidak berdaya ( Tadjab ;
1994 ). Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi suatu
bangsa yang dianutnya. Pancasila adalah dasar dan idiologi bangsa Indonesia
yang mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia.
Filsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran, filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
pendidikan berdasarkan filsafat, apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan
sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila pandangan
hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya sistem
pendidikan nasional Indonesia wajarapabila dijiwai, didasari dan mencerminkan
identitas Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu dan dijiwai oleh
suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu, inilah dasar pikiran
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasioanl dan sistem
filsafat pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pnacasila.
Dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi bangsa,
khususnya dalam melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada
pada akhirnya menentukan eksistensi dan martabat bangsa, maka sistem
pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila seyogyanya terbina secar
optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian bangsa. Filsafat
pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem pendidikan
nasional, tiada sistem pendidikan nasioanal tanpa filsafat pendidikan.
Sumber :
Andriani Purwastuti, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Ms Bakry, Noor. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.
Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
0 komentar:
Posting Komentar